Dari Endorse Kopi Sampai Mobilisasi: Seberapa Jauh Kekuatan Influencer?

Dari Endorse Kopi Sampai Mobilisasi: Seberapa Jauh Kekuatan Influencer?

Influencer bisa bikin product UKM kita laris manis, juga bisa bikin donasi miliaran untuk Palestina terkumpul. Inilah potensi ekonomi dan mobilisasi sosial mereka.

Bayangkan kamu lagi makan siang di warkop. Ada kawan nyeletuk, “Aku beli skincare ini gara-gara si A ngomong di TikTok, padahal tadinya nggak niat.”
Kalimat sederhana itu bikin kita sadar: di zaman ini, influencer bisa lebih kuat daripada baliho di pinggir jalan. Bedanya? Kalau baliho butuh miliaran dan izin Pemkot, influencer cuma butuh ring light murah, kamera HP, dan audiens yang percaya.

Pasarnya juga bukan main. Menurut riset INSG, nilai industri influencer marketing di Indonesia diperkirakan tembus Rp 3,9 triliun tahun 2025. Duit segede itu jelas bukan receh.


✦ Mesin Cuan yang Lebih Efisien dari Iklan TV

Kalau iklan konvensional butuh modal besar, influencer marketing seringkali lebih hemat dan tepat sasaran. Riset Influencer Marketing Hub bilang ROI-nya bisa 11 kali lipat dari iklan digital biasa.

Artinya, Rp1 juta yang dikasih ke influencer bisa balik dalam bentuk Rp11 juta exposure, awareness, atau bahkan penjualan. Di sisi lain, survei Pasardana (2025) mencatat 76% orang Indonesia belanja karena rekomendasi influencer. Coba bayangkan: bukan karena iklan TV prime time, tapi karena “Mbak cantik di IG story bilang ini bagus.”


✦ UMKM yang Naik Kelas

Di sinilah ceritanya makin menarik. UMKM yang tadinya cuma jualan dari mulut ke mulut, sekarang bisa “naik kelas” gara-gara influencer.

  • Sebuah warung bakso kecil di daerah mendadak viral setelah diulas food vlogger.
  • Brand fashion rumahan tiba-tiba kebanjiran order setelah produknya dipakai micro-influencer di TikTok Shop.

Kalau dulu “naik kelas” butuh masuk mal atau supermarket, sekarang cukup masuk FYP.


✦ Mobilisasi Sosial yang Nyata

Kekuatan influencer bukan cuma soal jualan risol atau skincare. Mereka juga bisa menggerakkan massa. Saat pandemi misalnya, ada influencer yang berhasil menggalang donasi miliaran rupiah hanya lewat live streaming.

Selain itu, isu kesehatan mental, gaya hidup ramah lingkungan, sampai ajakan vaksinasi—lebih mudah masuk ke telinga publik kalau datangnya dari sosok yang mereka ikuti setiap hari.

Dengan kata lain, influencer bukan cuma marketer, tapi juga agen perubahan sosial.


✦ Dari Meme ke Politik

Jangan lupa, influencer juga jadi penggerak budaya populer. Dari tren kopi dalgona, bahasa gaul Gen Z, sampai kebiasaan olahraga. Semua menyebar lebih cepat daripada virus flu.

Tapi perannya nggak berhenti di sana. Sekarang politik pun ikut “nebeng.”

  • Podcast Deddy Corbuzier menghadirkan pejabat negara.
  • Channel politik macam Total Politik atau Akbar Faizal Uncensored jadi forum diskusi publik.

Pertanyaannya: kalau influencer bisa bikin orang beli risol, apa yang terjadi kalau mereka juga bisa mengarahkan pilihan politik?


✦ Jadi, …..

Pada akhirnya, influencer itu paradoks. Mereka bisa jadi motor ekonomi kreatif, sekaligus mesin mobilisasi sosial. Dari endorse es kopi susu sampai menggerakkan jutaan orang untuk peduli isu politik.

Mungkin benar, zaman ini bukan lagi zamannya iklan satu arah. Ini zaman ketika kepercayaan lebih berharga daripada sekadar exposure. Dan kepercayaan itu—suka atau tidak—banyak digenggam oleh para influencer.

Seperti kata kawan di warkop tadi, “Aku beli karena si A yang ngomong.”
Itu kalimat sederhana, tapi kalau ditarik ke level makro, artinya industri influencer sedang mendikte arah ekonomi dan sosial kita.


🔍 Referensi & Sumber

Liputan6 – Potensi Industri Influencer di Indonesia Capai Rp 14 Triliun.

Influencer Marketing Hub – Influencer Marketing ROI Report 2024 (ROI hingga 11x).

Pasardana – 76% Konsumen Indonesia Belanja Karena Rekomendasi Influencer (2025).

INSG – Indonesia Influencer Marketing Statistics 2025 (market size Rp 3,9T, engagement nano vs macro).

DailySocial – Menyimak Data Tren Pemasaran Influencer di Indonesia.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *